Jika kita memang tidak mengetahui substansi pertanyaannya, katakan terus terang. Itu jauh lebih baik dari memutuskan pembicaraan dengan mengucapkan kata
Jika kita memang tidak mengetahui substansi pertanyaannya, katakan terus terang. Itu jauh lebih baik dari memutuskan pembicaraan dengan mengucapkan kata "terserah"/ Net
KOMENTAR

ADA kalanya kita gemas bercampur geram karena pasangan seringkali menjawab pertanyaan panjang kita dengan satu kata: TERSERAH.
Kata "terserah" ternyata bisa menjadi mimpi buruk dalam sebuah rumah tangga.

Mengapa?

Sekali pun tentang hal kecil, jawaban "terserah" seolah-olah membuat pasangan tidak memiliki pengetahuan untuk menjawab pertanyaan kita dan tidak tahu mana yang terbaik di antara pilihan yang kita pertanyakan.

Bisa jadi, kata "terserah" diucapkan karena si penjawab tidak menganggap penting pertanyaan yang diajukan si penanya. Atau sebaliknya, karena si penjawab merasa jawaban apa pun yang ia berikan tidak akan memuaskan si penanya.

Banyak orang menganggap biasa jawaban "terserah". Bagi yang mengatakannya, "terserah" bisa jadi satu jawaban tersingkat yang sanggup memutus pembicaraan.

Jika sudah tidak tahan untuk terjebak dalam diskusi panjang, tidak sanggup mencerna apa yang dimaksud lawan bicara, sekaligus ingin kabur sejauh mungkin dari hadapan lawan bicara kita, maka kata "terserah" adalah jurus pamungkas.

Apakah pasangan (atau jangan-jangan...kita sendiri!) termasuk orang yang mudah mengatakan kata "terserah"?

Perlu dipahami bahwa tidak semua orang nyaman dengan jawaban "terserah" atas pertanyaan mereka tentang sesuatu hal. Karena itu berarti orang yang bertanya diminta berpikir untuk mengetahui jawabannya. Padahal ia bertanya untuk meminta jawaban dari orang lain.

Bisa dikatakan, kata "terserah" itu fungsinya hanya membuat bingung dan membuat ribet si penanya. Untuk apa bertanya jika ujung-ujungnya harus berpikir keras lagi.
Kata "terserah" juga dapat diidentikkan  sebagai bentuk ketidakpedulian. Mungkin pasangan ingin kita mandiri dalam mengambil keputusan, tapi kata "terserah" bisa diartikan berbeda.

Orang yang kerap mengatakan "terserah" juga bisa dinilai sebagai pribadi yang ribet, plin-plan, dan terlalu tergantung dengan orang lain hingga tidak mempunyai pendapat sendiri. Jika itu yang terjadi, kata "terserah" dapat merugikan diri sendiri dan pasangan kita.

Pasangan suami istri bisa belajar untuk berkomunikasi dengan efektif dengan melakukan langkah-langkah sederhana seperti berikut ini.

Pertama, pilihlah waktu yang tepat untuk meminta pendapat pasangan.
Jika ingin pasangan memberikan jawaban terbaik untuk kita, jangan memaksanya untuk berpikir saat dia sedang fokus terhadap sesuatu hal. Terlebih lagi jika pertanyaan yang kita ajukan bukan sesuatu yang mendesak.

Kedua, jangan mengajukan pertanyaan menjebak atau pertanyaan yang jawabannya mengerucut pada keinginan kita untuk dituruti.

Pun, jangan sampai terkesan kita ingin membodohi logika pasangan dengan mengajukan pilihan yang tidak masuk akal. Tentu saja dia akan menolak menjawab dan memilih berkata "terserah".

Ketiga, jangan melakukan hal yang kita tidak ingin orang lain lakukan pada kita.
Jadi mulailah dari sekarang untuk bisa memberi jawaban logis saat pasangan menanyakan sesuatu hal pada kita. Jika kita memang tidak mengetahui substansi pertanyaannya, katakan terus terang. Itu jauh lebih baik dari memutuskan pembicaraan dengan mengucapkan kata "terserah".

 

 

 

 




Strategi Cerdas Mengelola Keuangan untuk Gen Z: Bijak, Kreatif, dan Penuh Perencanaan

Sebelumnya

Tips Hemat Memelihara Kucing Peliharaan: Anabul Sehat, Kantong Terjaga

Berikutnya

KOMENTAR ANDA

Artikel Family